The Indonesian Honey Bees    
  • MADU HERBAL

    Madu Herbal adalah herbal perpaduan pengobatan nabawi super nutrisi yang mengandung madu, minyak zaitun dan minyak habbatussauda dengan emulsifier alami. kestabilan produk ini telah diuji di Laboratorium Rekayasa Industri Bioproses[...]

  • MADU MURNI

    Madu Murni (DorsaHoney) adalah madu yang diambil dari sarang lebah Apis Dorsata di hutan Indonesia. Untuk menjaga populasi lebah Apis Dorsata, madu dipanen dengan metode lestari. Kemurnian madu ini dijaga dengan metode tiris, metode yang bisa mengeluarkan madu tanpa mengeluarkan produk lebah lainnya seperti lilin [...]

  • PROPOLIS FREE WAX

    MeliPolis adalah propolis Indonesia berbentuk cairan yang berasal dari bahan baku propolis ternak jenis Apis Melifera. produk ini dikembangkan dengan kombinasi teknologi liquid-solid extraction, freeze precipitation dan vacuum evaporation. MeliPolis sudah bebas dari lilin dan merupakan produk propolis yang berkualitas. menurut Food Drug Administration (FDA)[...]

  • SABUN HERBAL

    HadaPolis adalah sabun kesehatan alami yang terbuat dari minyak-minyak herbal pilihan dan mengandung bahan aktif anti mikroba yang berasal dari lilin propolis. HadaPolis ramah lingkungan karena tidak mengandung SLS (sodium lauryl sulphate). Riset Prof. Michael Hundall dari lembaga riset CC. Pollen, membuktikan bahwa terdapat mikroba pada lilin propolis yang berbahaya bagi kesehatan [...]

||Selamat Datang Di Web Indonesian Honey Bees | Dapatkan Informasi Seputar Lebah dan Berbagai Produk Perlebahan Disini ! | atau klik DISINI untuk informasi produk kami.||Selamat Datang Di Web Indonesian Honey Bees | Dapatkan Informasi Seputar Lebah dan Berbagai Produk Perlebahan Disini ! | atau klik DISINI untuk informasi produk kami.||Selamat Datang Di Web Indonesian Honey Bees | Dapatkan Informasi Seputar Lebah dan Berbagai Produk Perlebahan Disini ! | atau klik DISINI untuk informasi produk kami.|




Kamis, 12 Maret 2020

Peneliti UI Cari Alternatif Obat Virus Corona dengan Propolis





TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia mengembangkan obat penangkal dan pencegahan penyebaran virus corona atau COVID-19.

Muhamad Sahlan, peneliti FTUI tersebut mengembangkan senyawa propolis asli Indonesia yang dihasilkan oleh lebah Tetragonula biroi aff, sebagai alternatif pengobatan dan pencegahan penyebaran virus corona (COVID-19).

“Propolis tersebut terbukti memiliki komponen penghambat alami yang dapat digunakan untuk menghasilkan obat dengan efek negatif minimal, baik terhadap tubuh manusia maupun sumber daya alam yang tersedia,” tulis Sahlan dalam keterangan resmi yang diterima Tempo, Rabu 4 Maret 2020.

Sahlan menuturkan bahwa komposisi propolis tidak selalu sama di seluruh dunia. Pada penelitian ini, senyawa propolis berasal dari lebah Tetragonula biroi aff, “Perlu dipahami bahwa propolis memiliki karakteristik berbeda tergantung pada sumber tanaman dan lokasinya. Perbedaan sumber tanaman, lokasi, serta proses penelitiannya akan membedakan pula senyawa-senyawa propolis yang dihasilkan,” lanjut Sahlan.

Saat ini, kata Sahlan, beberapa negara tengah mengembangkan obat dan vaksin untuk COVID-19. Salah satunya adalah Cina yang mengembangkan obat berdasarkan penelitian yang dipublikasikan oleh Profesor Yang dari Shanghai Tech University, pada Januari 2020.



Dalam penelitian itu Prof. Yang berhasil memetakan struktur protein virus Corona dimana ditemukan bahwa virus corona penyebab COVID-19 harus menempel pada sel hidup (dalam hal ini paru-paru manusia) sebelum menyuntikkan struktur genetiknya pada sel hidup tersebut untuk berkembang biak. Untuk memutus aktivitas ini, dikembangkan senyawa kimia penghambat bernama N3 sebagai alternatif obat untuk COVID-19.

“Yang menarik bagi saya, propolis yang saya teliti ini memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia yang mirip dengan senyawa N3,” kata Sahlan.

Pria yang telah sembilan tahun meneliti tentang propolis ini mengatakan, dengan menggunakan struktur model COVID-19 yang ada, senyawa-senyawa propolis diujikan untuk melihat apakah dapat membentuk ikatan pada virus COVID-19 bila dibandingkan dengan ikatan senyawa N3.
“Hasil pengujian memperlihatkan bahwa tiga dari sembilan senyawa yang ada di propolis asli Indonesia memiliki kekuatan menempel yang cukup baik pada virus COVID-19,” kata Sahlan.

Bila senyawa N3 memiliki nilai -8, senyawa Sulawesins a memiliki nilai -7.9, Sulawesins b (-7.6) dan deoxypodophyllotoxin (-7.5). “Jadi, semakin negatif nilai yang dimiliki menunjukkan semakin besar kemampuan senyawa menempel pada virus COVID-19. Hal ini membuat virus tidak dapat menempel pada sel hidup manusia untuk kemudian berkembang biak,” ujar Sahlan.


Rabu, 25 September 2019

Korban Bencana Selat Sunda Diajari Ternak Lebah



DETIKFLASH

Warga korban tsunami Selat Sunda diberikan pelatihan berternak lebah tanpa sengat (teweul) di Desa Ujungjaya, Ujung Kulon, Banten. Mereka diharapkan memiliki modal keahlian untuk meningkatkan ekonomi warga pascabencana.

Selasa, 24 September 2019

BPPTHHBK - UI Rayakan Kemerdekaan dari Trauma Gempa Melalui Pengabdian Masyarakat di Lombok Utara





Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan RI yg ke 74, Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BPPTHHBK) dari KLHK bermitra dengan LPPM Universitas Indonesia mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat terdampak gempa lombok di Desa Gondang, Kec. Gangga, Kab. Lombok Utara, pada hari Jumat, 16 Agustus 2019.

Gempa besar menghantam Lombok yang terjadi beberapa kali telah lewat tepat satu tahun yang lalu. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa yang diawali sejak 29 Juli 2018 hingga akhir September 2018 telah terjadi sebanyak lebih dari 2000 getaran, dengan skala terbesar adalah 7.0 SR.

Akibat gempa berulang tersebut menewaskan hampir 1000 jiwa, menghancurkan bangunan dan infrastruktur serta melumpuhkan sendi-sendi ekonomi masyarakat khususnya di Kabupaten Lombok Utara. Bahkan peneliti Universitas Mataram mencatat dampak psikis yang menimpa mayoritas masyarakat Lombok yang terdampak gempa dengan apa yang dikenal sebagai Phantom Quake Syndrome (sindrom gempa hayalan), yaitu gejala seperti yang mirip dengan orang yang mengalami jet lag, namun diliputi oleh paranoid karena trauma gempa.

Maka peringatan hari kemerdekaan RI ke-74 kali ini menjadi istimewa karena sekaligus memeringati 1 tahun Lombok Utara merdeka dari trauma gempa.

Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dengan kegiatan pelatihan pengembangan Biofarming Lebah Stingless Bee atau lebah tanpa sengat. Dr. Agus Sukito dari BPPTHHBK menyampaikan bahwa Biofarming lebah tanpa sengat ini potensial sebagai langkah membangun kembali ekonomi masyarakat yang lumpuh pasca gempa.



BPPTHHBK sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Bioprospeksi Sumberdaya Hutan Bukan Kayu yang fokus pada pengembangan produk perlebahan trigona. Menurut Dr. Agus, BPPTHHBK mendukung sepenuhnya upaya pemerintah daerah di NTB yang sedang menggalakkan program NTB BANGKIT untuk membangun kembali Lombok pasca gempa, melalui hasil-hasil penelitian. Salah satu produk hasil riset dari BPPTHHBK adalah alat penurun kadar air madu.

Dr. Eng. M. Sahlan, dosen Universitas Indonesia yang menjadi narasumber di acara tersebut memaparkan potensi perlebahan trigona secara global. Menurut Dr. Sahlan, saat ini perlebahan trigona telah menjadi trend tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia.

Secara khusus, Doktor yang fokus meneliti propolis ini menjelaskan potensi ekonomi propolis yang nilainya mencapai Rp 500 ribu per kg. Bila satu rumah tangga memiliki 300 setup lebah tanpa sengat maka dapat menghasilkan sekitar 18 liter madu dan 6 kg propolis.

Maka petani lebah akan memperoleh pendapatan setidaknya Rp 8 juta. Ini belum termasuk nilai produk olahan dari perlebahan, yang apabila dihitung secara kumulatif tentu nilai ekonominya akan jauh lebih tinggi.

Hasil diskusi dengan kelompok peternak lebah Sinar Harapan, salah satu pokok permasalahan dari peternakan lebah di Lombok adalah teknik breeding, yaitu teknik memperbanyak koloni lebah sehingga usaha budi daya lebah dapat dilakukan berkesinambungan. Pelatihan ini difokuskan pada teknik Breeding, dari mulai bagaimana memindahkan koloni dari alam ke dalam kotak lebah.

Sedangkan praktik pelatihan ini dibantu oleh komunitas 3bee, yaitu Jeffry, Andre, dan Yogie, serta tim dari BPPTHHBK yaitu: Edi Kurniawan dan Ramdiawan.
Secara umum, biofarming lebah trigona memiliki fungsi intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi berupa peningkatan produktivitas pertanian yang sudah ada, sedangkan ekstensifikasi berupa produk-produk baru seperti madu, tanaman hias, edukasi serta produk turunannya. Dengan ekstensifikasi tersebut, terbuka peluang melibatkan warga yang bukan petani ikut serta dalam meningkatkan kesejahteraan.

Melalui program budidaya Lebah Trigona ini selain ditargetkan mampu membangun ekosistem yang baik di lahan pertanian Desa Gondang, peternak lebah madu juga nantinya mampu melakukan pemecahan koloni lebah Trigona. Dengan manfaat yang dirasakan dan digerakkan bersama, diharapkan petani serta warga di sekitar semakin sejahtera.(*)


Selasa, 13 Februari 2018

Serunya Eduwisata di Hutan UI

Koran Sindo





DEPOK - Berwisata ke hutan di tengah kehidupan perkotaan saat ini menjadi hal yang sangat jarang ditemui. Nah, di lingkungan Universitas Indonesia (UI) Depok ternyata ada lokasi hutan kota yang bisa menjadi lokasi wisata.

Tentunya menyenangkan bisa menginjakkan kaki di hutan yang saat ini sangat susah ditemui di tengah kehidupan kaum urban. Tak perlu khawatir akan binatang buas karena hutan lindung di UI ini sudah sering dijamah para petualang lebah. Lho kenapa lebah ya? Sebab, di salah satu lokasi hutan UI Depok ternyata sengaja dimanfaatkan untuk peternakan lebah. Lebah yang dikembangbiakkan di sana berjenis Trigona. Sudah banyak yang melakukan eduwisata ke sana.

Yang mengembangkan konsep eduwisata lebah di UI ini adalah seorang peneliti dari Fakultas Teknik UI bernama Muhammad Sahlan. Eduwisata lebah UI ini tepatnya terletak di area UI Wood. Konsep eduwisata ini memang baru dikembangkan, tapi ternyata sangat diminati anak-anak dan dewasa yang memang senang bersentuhan dengan alam. Masuk ke area hutan mungkin awalnya menegangkan, tapi ini berbeda lho.Ketika masuk area ini kita menemukan banyak koloni lebah Trigona. Tak perlu takut disengat karena koloni lebah itu berada di dalam rumah kotak kayu yang sengaja dibuat Sahlan dan peternak lain.

Di sana anak-anak yang datang bisa belajar mengenai lebah, belajar beternak lebah, dan melihat langsung proses pengolahan madu. "Anak-anak sangat tertarik ketika datang ke sini, apalagi mereka bisa melihat panen madu. Mereka juga diperkenalkan dengan makananmakanan lebah. Jadi, mereka punya pengalaman menarik ketika di sini," kata Sahlan.

Sahlan menuturkan, alasannya mengembangkan lebah di hutan UI karena di sana memiliki beeforage (makanan lebah) melimpah, seperti pohon randu, akasia mangium, karet yang merupakan makanan lebah.

Jika sampai di sana tidak perlu takut disengat lebah karena lebah Trigona adalah jenis lebah tidak bersengat. "Yang menariknya, lebah ini mudah diternak dan menghasilkan propolis lebih banyak dari lebah biasa. Kami menyebut dengan istilah urban bee," ujarnya.

Menurut Sahlan, hutan UI memiliki potensi untuk mengembangkan berbagai jenis lebah Trigona. Bahkan, dia berencana mengoleksi lebah-lebah itu di hutan UI. Di sana tak sekadar berwisata biasa. Kita akan memperoleh pengetahuan yang banyak soal lebah. Jadi, sangat menyenangkan belajar tentang pengetahuan alam secara langsung di tempat itu.

Sahlan sendiri sudah lama meneliti lebah dan menghasilkan banyak produk dari lebah yang diternaknya, dari madu hingga turunannya seperti sabun propolis.

"Lebah di alam berperan sebagai agen polinasi (penyerbukan tanaman). Proses polinasi ini sangat penting dalam ekosistem hingga ada istilah no bee no food. Ironisnya, bee keeper di Indonesia malahan diusir kalau berada di sekitaran perkebunan. Ini karena banyak yang tidak paham mengenai agen polinasi itu. Inilah tujuan peternakan lebah di Hutan UI untuk eduwisata, mengajari anak akan pentingnya lebah di lingkungan kita," ucapnya. Untuk bisa eduwisata di sana, maka harus melakukan perjanjian terlebih dulu dengan pengurusnya.

Sebab, saat ini belum dibuka jadwal reguler untuk eduwisata. Sahlan sendiri saat ini bekerja sama dengan komunitas 3bee untuk pengelolaannya.
"Untuk paket harga belum ditentukan. Kalau hanya berkunjung dan akan dapat suvenir madu biayanya sekitar Rp100.000-150.000 per orang. Apabila mau beternak dan mendapatkan koloni dikenakan biaya sekitar Rp200.000-250.000 per orang. Minimal pengunjung 10 orang," katanya.

Melihat begitu pentingnya peranan lebah dalam ekosistem, Sahlan pun berharap agar konsep eduwisata ini bisa menjadi wisata reguler.

Artinya, jam untuk datang ke eduwisata ini bisa seperti tempat wisata lain. "Karena saat ini akan dikembangkan juga tanaman herbal di dalamnya," ujarnya. 

Selain itu, Sahlan juga berharap agar madu yang dihasilkan dari lebah Trigona di hutan ini bisa menjadi ciri khas UI, bahkan menjadi suvenir bagi tamu yang datang. 

"Selain itu, agar eduwisata ini menjadi program wisata di Depok sehingga masyarakat bisa belajar menyukai dan memahami lebah dan madu," tandasnya. (R Ratna Purnama)

Sumber : Sindonews.com

Kamis, 21 September 2017

Begini Serunya Panen Propolis Lebah Trigona di Hutan Kota UI




Lebah trigona ini termasuk spesies yang tidak menyengat, dikenal sebagai penghasil madu dan propolis yang banyak manfaat. Propolis semacam getah dikumpulkan lebah dari tanaman bergetah sekitarnya.


Dari hutan kota UI, komunitas B3 bersama peneliti Biomedical Engineering UI menunjukkan cara memanen dan mengolah propolis tersebut. Propolis dikenal berkhasiat karena kandungan antioksidan, vitamin, mineral, dan asam amino esensial.

Selasa, 29 Agustus 2017

Madu UI, Produk Madu Asli dari Hutan UI


Dr. Muhammad Sahlan, peneliti dari Departemen Teknik Kimia, yang memiliki paten produk propolis Hygeia, kembali membuat inovasi terkait madu.
Atas dasar keprihatinan bahwa lebah dianggap sebagai hama perusak tanaman perkebunan, Sahlan membuka sebuah tempat penangkaran lebah di tengah-tengah area hutan UI, lebih tepatnya di area UI Wood.

“Saya ingin membuktikan bahwa lebah bukanlah perusak tanaman, malah menjadikan tanah subur karena membantu penyebaran serbuk sari dari satu tanaman ke tanaman lain,” tambahnya.

Rumah-rumah lebah di area hutan ini diisi oleh jenis lebah spesial, yaitu lebah Trigona. Lebah ini mempunyai ciri fisik kecil, hanya berukuran 4 mm dan tidak menyengat.

Madu yang dihasilkan pun mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu manis asam. Pembudidayaan lebah di hutan UI menggandeng komunitas 3 Bee, sebuah komunitas pencinta lebah.

Program pembudidayaan ini nantinya juga akan dikembangkan menjadi sebuah program eduwisata di hutan UI.

“Jadi nantinya semua mahasiswa, masyarakat umum, dapat mengunjungi area ini untuk belajar tentang cara menyuling madu dari sarang lebah, dan tentang lebah itu sendiri,” tambahnya.





Program eduwisata ini akan dimulai perdana pada tanggal 18 Agustus 2017 dengan mengundang sekolah-sekolah dasar dan menengah dari Depok untuk mengunjungi area pembudidayaan.




Menariknya, Sahlan berhasil membuat suatu merek madu dari hasil pembudidayaan lebah Trigona di hutan UI ini, yaitu merek dagang “Madu UI”.

Sahlan mempunyai rencana untuk mengembangkan Madu UI menjadi suatu ciri khas UI yang bisa dijadikan souvenir bagi para tamu yang datang.

Selain itu, Sahlan juga ingin menjadikan program eduwisata lebah Trigona menjadi salah satu tujuan program wisata di Depok, sehingga masyarakat bisa belajar menyukai dan memahami lebah dan madu.

Sumber : ui.ac.id

Indonesia Butuh 4.000 Ton Madu per Tahun



Suasana seminar nasional perlebahan yang digelar di IPB Bogor, Sabtu (19/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ratusan peserta menghadiri Seminar Nasional Perlebahan yang diadakan oleh Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) di Auditorium FMIPA, Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (19/8).

Seminar yang terselenggara atas kerja sama Departemen Biologi FMIPA IPB dengan Asosiasi Perlebahan Indonesia (API), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, serta didukung oleh 3bee ini mengusung tema “Konservasi Keanekaragaman Lebah Indonesia untuk mendukung Ketahanan Pangan dan Kesehatan Masyarakat”

Ketua panitia Dr Tri Atmowidi menyebutkan, peserta seminar adalah perwakilan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Brawijaya, Universitas Sebelas Maret (UNS), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, dan Universitas Nasional Jakarta. Selain itu, wakil dari Universitas Hasannudin, Universitas Andalas, Universitas Muhammadiyah Bengkulu, STKIP PGRI Sumatera Barat, dan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

“Seminar perlebahan ini merupakan yang pertama di Indonesia. Dengan adanya seminar ini diharapkan terbentuk jejaring antara peneliti perlebahan dan mahasiswa di perguruan tinggi, instansi pemerintah dan asosiasi,” katanya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (20/8).

Wakil Rektor Bidang Riset dan Kerja Sama IPB Prof Dr Anas Miftah Fauzi, mengatakan lebah memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia di bidang pangan, pertanian, lingkungan sampai kesehatan. Dikatakannya, kebutuhan Indonesia akan madu mencapai 3.600-4.000 ton per tahun.

"Karenanya, menjadi tantangan bagi kita untuk memenuhi angka kebutuhan madu nasional tersebut. IPB sangat mendukung seminar ini, semoga terjalin sinergi yang dapat mengoptimalkan fungsi potensial lebah," ujarnya.



Kasubdit Industri Kecil Menengah (IKM) Minuman dan Bahan Penyegar Dit Pangan, Barang dari Kayu dan Furnitur, Kementerian Perindustrian RI, Ir Junaidi MM mengatakan, dengan adanya seminar ini diharapkan dapat berdampak positif pada petani lebah.

Dalam kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) mengenai perlebahan antara IPB, KLHK, dan API. "Melalui kerja sama perlebahan ini harapannya dapat meningkatkan pendapatan nasional,” kata Dr. Apik Karyana dari Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, KLHK RI.

Seminar Nasional Perlebahan ini menampilkan para pembicara yang menekuni bidang perlebahan, yakni Wakil Ketua API James S. Hutagalung; Prof Ali Agus DAA dari UGM; Prof Dr Damayanti Buchori (Perhimpunan Entomologi Indonesia); Dr Rika Raffiudin (IPB); Prof Dr Siti Salmah (Universitas Andalas); Dr Muhammad Sahlan (UI); dan Drs Suratmono MP (BPOM: SNI Madu).

Sumber : republika.co.id

 
Copyright © The Indonesian Honey Bees