Selasa, 14 Februari 2017

Inilah URBANBEE

Mereka memenuhi sendiri kebutuhan madu keluarga, bahkan juga kebutuhan orang lain.
Sebuah gagasan yang terkadang dianggap lucu. `'Beternak lebah di rumah di perkotaan? Dikasih makan apa? Meja? Kursi?'' Bisa jadi sebuah ketidaktahuan, mungkin juga sebuah ledekan ketika mendengar gagasan tentang urbanbee, istilah untuk beternak lebah di perkotaan .
Giliran si aktivis urbanbee yang kemudian tertawa. `'Memelihara lebah di pedalaman atau di hutan itu sudah mainstream,'' kata Yogi Hutama (35 tahun). Ia lantas menambahkan, lebah bisa hidup selama ada sumber air, tanaman bergetah, bunga sepanjang musim, tanaman bernektar, bunga berpolen, teduh, dan angin yang tidak berembus kencang.
Yogi bersama dengan dosen Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Muhammad Sahlan, wiraswastawan Jeffry Lesmana, data center specialist Khodziq, dan musisi Andre sudah sejak setahun belakangan seakan menjadi teman lama.
Satu hal yang telah mengikat mereka yaitu sama-sama menggemari madu. Sahlan, misalnya, sekeluarga menyukai madu. Tak ada hari tanpa minum madu. Sementara Khodziq penggemar roti oles madu. Jeffry adalah satu-satunya penyuka madu kelas berat di rumahnya. Ia minum sesendok madu pada waktu kapan pun.
`'Kalau tubuh tidak enak badan, saya minum teh hijau yang ditambah madu,'' kata Jeffry.
Ingin yang asli Bagi para penyuka madu lambat laun madu yang mereka beli tak lagi memadai.
Menurut Yogi Hutama, kekhawatiran terbesar mereka kemudian adalah keaslian madu. `'Karena banyak madu yang `aspal' (asli tapi palsu ?red), kami ingin punya sendiri yang bisa dipastikan asal-usulnya,'' ungkap Yogi, ayah seorang bayi itu.
Upaya memproduksi madu sendiri itulah yang mempertemukan mereka. Bersama- sama mereka saling berbagi informasi. Misalnya mengenai kendala dalam pemeliharaan lebah yangh merupakan binatang yang menyengat sehingga bisa membuat kekhawatiran para tetangga.
"Madu yang paling bagus adalah yang ada di sekitar kita,'' kata Jeffry , mengutip Stefan Stangaciu, seorang ahli lebah dunia. Sebab, racun di lingkungan tempat tinggal manusia bisa dinetralkan lebah. Ada obat di dalam madu yang mereka hasilkan.
Kebetulan tahun-tahun belakangan ini beredar informasi bahwa ada jenis lebah yang bersahabat dengan lingkungan perumahan.
Yakni, lebah trigona yang tidak menyengat. Lebah trigona, jelas Jeffry, dikenal di berbagai daerah di Indonesia. Orang mengenalnya sebagai lancing, galo-galo, klanceng. Lebah ini berukuran kecil, tubuhnya tidak berwarna belang hitam kuning. Hidupnya, di bambu-bambu, bahkan sering ditemui di kayu pintu rumah yang lama tak dihuni.
Menurut Muhammad Sahlan, ada 40 jenis lebah trigona. Ia menyebut jenis trigona yang hidup di bambu berukuran tubuh kecil sementara mereka yang berumah di kayu bertubuh lebih besar. Trigona lebih mudah dipelihara di rumah, tanpa perlu `mengangon' ketempat- tempat yang sedang banyak berbunga, jelas Andre.
Merekapun mencoba memelihara lebah di rumah.
Sahlan, peneliti polen dari Fakultas Teknik UI itu memelihara lebah di kotak-kotak kayu di pekarangan depan rumahnya di kawasan Depok. Sementara Jeffry meletakkan kotak-kotak berisi koloni lebahnya di atas jendela depan rumahnya. Ada lima kotak diletakkannya di sana. Untuk memberi makan lebahnya, ia menanam aneka tanaman yang menghasilkan nektar dan polen yang disukai lebah. Sebut saja tanaman santos ferma, palem, cabai, kemangi, sakura lokal, air mata pengantin, dan portulaca. Untungnya, Jeffry tinggal di kompleks perumahan yang asri, banyak tanaman. Maka, lebah ramah ini terbang ria kesana-kemarin juga mencari makan di bunga-bunga tetangga dan lingkungan sekitar. `'Itu lebah-lebah saya,'' kata lelaki kelahiran Bandung 43 tahun yang lalu itu tergelak, menunjuk pada lebah-lebah mungil yang mengitari bunga pohon palem tetangga.
Kendala terbesar dari memelihara lebah adalah kehadiran predator seperti laba, kadal, tokek, dan kadal. Trigona menjadi mangsa mudah, terutama karena tidak menyengat. Untuk menjaga dari hewan-hewan itu, Kodziq hanya mengandalkan kapur yang biasa digunakan di meja makan dan dapur rumah tangga.
Yogi tak seberuntung itu. Ia belum bisa memelihara lebah di rumahnya. Sebab, kawasan rumahnya yang berada di bilangan Bekasi itu sering diadakan pengasapan. Tak hanya nyamuk demam berdarah, lebah yang bermanfaat pun tak bisa bertahan bila terpapar pengasapan. Maka, Yogi memelihara lebah di Bogor bersama teman-temannya.


Soal peng asapan, Khodziq memilih persuasi. Ia menjaga kebersihan rumah sehingga tidak menjadi sarang nyamuk. Setelah itu membuktikan kepada petugas bahwa rumahnya bersih. Memperkenalkan urbanbee Menghasilkan madu sendiri sangatlah menyenangkan. `'Sudah pasti hasilnya baik, karena lebah memilih makanannya sendiri bunga- bunga yang bagus,'' kata Jeffry .
Maka, mereka pun bisa memenuhi sebagian kebutuhan madunya sendiri. Yogi bercerita, bersepuluh mereka pernah menghasilkan tiga liter madu perdelapan koloni.  Terkadang juga mereka masih harus membeli lagi untuk menambal kebutuhan keluarga. "Semua dari kami kurang lebih 1.200 koloni tersebar di Depok dan Bogor," kata Yogi.
Sisi baik produksi madu rumahan ini adalah bisa menjual sisa panen. Bersama kawan-kawannya, Jeffry menjual madu mereka dengan label 2 Bee. `'Permintaan banyak, hanya suplainya yang kurang,'' ungkap Jeffry. Dalam kelompok, Jeffry, Yogi, dkk berbagi tugas. Ada yang menangani bagian jualan, edukasi, sosialisasi, tugas mengurus lahan dan perluasan, ternak dan panen, urusan hilirisasi produk, riset, dan ilmiah.
Madu trigona berkarakter cair dan asam, tidak seperti madu yang biasanya dikenal. Di tambah pula faktor lingkungan. Ini berbeda dengan lebah jenis avis menghasilkan madu manis sedikit lebih kental dengan kandungan air 19-22 persen. Secara keseluruhan, di Indonesia sulit menghasilkan madu kental seperti madu arab karena udaranya lembab dan basah. `'Madu tropis karakternya pasti encer, apalagi musim hujan. Bisa mendekati 29 persen kadar airnya,'' cerita Yogi.
Tak sekadar memenuhi kebutuhan keluarga. Kelompok peternak lebah perkotaan ini punya cita-cita membagi-bagi ilmu dan pengalaman mereka. Mereka bersiap diri juga mengajarkan pada anak-anak sekolah tentang lebah yang ramah, lebah yang bisa hidup di rumah di dekat dengan mereka.
Di sebuah hutan lindung di kawasan Depok, mereka juga beternak lebah dengan lebih banyak jenis. Sahlan, yang juga merupakan peneliti propolis dari FTUI menunjukkan kotak-kotak lebah trigona yang berukuran kecil dan koloni lebah yang besar.
Di tempat itu mereka berharap bisa mengajak orang-orang berbagi info tentang lebah dan lingkungan.

`'Di hutan ini ada akasia yang di ketiak daunnya terdapat nektar, polen cabai, kelapa, dan bayam liar,'' kata Khodziq. Karena itu, di tempat itu lebah --yang umurnya hingga 45- 55 hari dengan ratu lebah yang hidupnya hingga 5 tahun-- itu hidup leluasa. 
 

Oleh Nina Chairani

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © The Indonesian Honey Bees